Asal

Hari-hari belakangan ini banyak waktuku terbuang, aku merasa gak lagi produktif padahal begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan meski gak ada target kapan harus selesai, bila pun ada sepertinya aku gak menganggapnya ada.
Senin besok 16 Februari 2008 aku mulai lagi dengan aktivitas rutin yang membosankan kerja,
Kerja : kadang membuatku semangat kadang wuhh membuatku suntuk. tapi bagaimanapun harus kujalani, karena memang dari sanalah aku dapat menghidupi anak istriku. semoga saja membawa manfaat buat kehidupanku. ya iya lah masa ya iya dong.
kerja gitu lho. Orang aja cari-cari, masih udah dapat mau dilepas, dengan alasan jenuh. masia sih pasti satu ketika mengalami kejenuhan. namanya manusia.
kayaknya lagi enak nih nulis. terusin aja dah,
sekarang kita bicara tentang ritual ibadah,

jika ku amati (kaya pengamat aja), tapi bener lho. dimana-mana khususnya di perkampungan apa di kampung yang bener-bener kampung atau di kampung yang adanya tu kampung di kota. kalau kita perhatikan ritual ibadah yang dilakukan khususnya pada agama yang kuanut, aku selalu mendengar teriakan-teriakan doa yang di sampaikan saudara-saudaraku dengan begitu kerasnya melalui speaker yang kadang jumlahnya tidak cukup satu bahkan di mushola sekalipun. padahal aku tahu Allah kan maha mendengar. sebagian dari teman-teman beralasan bahwa itu menrupakan salah satu cara men-syiarkan agama. nah sekarang larinya ke syiar. masih menurutku, syiar itu dapat kita lakukan dengan banyak cara. mungkin cara yang lebih cantik adalah dengan memberikan tauladan dari tokoh-tokohnya agar senantiasa hidup rukun, saling tolong menolong dan hal-hal yang baik. kayaknya sih lebih ampuh yang demikian. itu juga menurutku lho. kan bebas berpendapat

Tidak ada komentar

Apapun dan bagaimanapun komentar yang anda tulis, merupakan bentuk apresiasi terhadap apa yang saya tulis. dan saya sangat menghargainya